Thailand Serukan Dialog Positif Setelah Kamboja Ancam Bawa Sengketa Perbatasan ke Pengadilan Dunia

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja https://www.livinwaves.com/ kembali mencuat setelah bentrokan fatal di perbatasan pada 28 Mei 2025, yang menewaskan seorang tentara Kamboja. Insiden ini memicu ancaman dari Kamboja untuk membawa sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama ke Mahkamah Internasional (ICJ). Menanggapi hal tersebut, Thailand menyerukan dialog positif dan menekankan pentingnya penyelesaian melalui mekanisme bilateral.

Latar Belakang Sengketa

Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama lebih dari satu abad, dengan titik fokus utama di sekitar Kuil Preah Vihear. Pada tahun 1962, ICJ memutuskan bahwa kuil tersebut berada di wilayah Kamboja. Namun, keputusan tersebut tidak mencakup area sekitar kuil, yang masih menjadi sumber perselisihan. Selain itu, situs-situs seperti Ta Moan Thom dan Ta Moan Toch juga menjadi titik sengketa karena batas wilayah yang belum jelas .

Insiden 28 Mei 2025

Pada 28 Mei 2025, pasukan Kamboja dan Thailand terlibat bentrokan singkat di daerah yang belum terpetakan dengan jelas di perbatasan. Akibatnya, seorang tentara Kamboja tewas. Thailand menegaskan bahwa insiden tersebut disebabkan oleh patroli rutin pasukan Kamboja yang memasuki wilayah yang diklaim Thailand. Sementara itu, Kamboja menyatakan bahwa pasukan Thailand yang memprovokasi dengan mencegah warga Kamboja bernyanyi lagu kebangsaan mereka di situs Ta Moan Thom sebelumnya pada bulan Februari 2025 .

Reaksi Thailand

Menanggapi ancaman Kamboja untuk membawa sengketa ke ICJ, Thailand menekankan bahwa mereka tidak mengakui yurisdiksi ICJ dalam hal ini. Pemerintah Thailand menyerukan dialog positif melalui mekanisme bilateral yang telah ada, seperti Komite Bersama Perbatasan. Thailand juga mengusulkan penarikan mundur pasukan ke posisi yang disepakati pada tahun 2024 sebagai langkah awal untuk meredakan ketegangan .

Posisi Kamboja

Sebaliknya, Kamboja menegaskan bahwa mereka akan membawa sengketa ini ke ICJ jika tidak ada kemajuan dalam dialog bilateral. Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menyatakan bahwa mekanisme internasional diperlukan karena mekanisme bilateral dianggap tidak efektif. Ia juga menekankan bahwa Kamboja berhak untuk mempertahankan kedaulatannya dengan segala cara yang diperlukan, termasuk penggunaan kekuatan militer jika diperlukan .

Upaya Diplomatik

Meskipun ketegangan meningkat, kedua negara sepakat untuk melanjutkan dialog. Pemimpin militer Thailand dan Kamboja telah bertemu dan menyetujui untuk menarik pasukan dari area yang dipersengketakan serta berkomitmen untuk menyelesaikan masalah melalui komite bersama . Pertemuan lebih lanjut antara kedua negara dijadwalkan pada 14 Juni 2025 untuk melanjutkan pembicaraan.

Implikasi Regional

Sengketa ini tidak hanya mempengaruhi hubungan bilateral Thailand dan Kamboja, tetapi juga dapat berdampak pada stabilitas kawasan Asia Tenggara. Kedua negara memiliki hubungan diplomatik yang penting dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China. Ketegangan yang meningkat dapat mempengaruhi dinamika geopolitik di kawasan ini.

Kesimpulan

Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja merupakan isu kompleks yang memerlukan pendekatan hati-hati dan diplomatis. Meskipun terdapat perbedaan dalam pendekatan penyelesaian, baik melalui mekanisme bilateral maupun internasional, penting bagi kedua negara untuk menjaga dialog terbuka dan menghindari eskalasi lebih lanjut. Penyelesaian damai dan saling menghormati akan menguntungkan kedua belah pihak dan memastikan stabilitas regional yang berkelanjutan.

By admin